Penyiraman

Banyak metode penyiraman dikemukakan untuk memperoleh efek tumbuh-kembang tanaman yang baik. Salah satu diantaranya menyarankan untuk meletakkan tanaman dalam pot di tempat yang tidak terkena curah hujan langsung. Kebenaran atas saran ini sulit dibuktikan karena kita tidak mungkin melakukan percobaan terhadap satu tanaman dengan dua keadaan yang berbeda secara bersamaan.

Seperti awam pada umumnya, tetap ada kekhawatiran di hati saya apabila ternyata saran tersebut benar adanya. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah koleksi tanaman, pada akhirnya, memaksa saya untuk tidak menghiraukan saran tersebut dan meletakkan pot-pot tanaman di satu tempat dengan kondisi berbeda. Langsung terkena curah hujan dan tidak.

Bogor, kota dimana saya tinggal, adalah kota yang sarat dengan curah hujan. Anjuran pembatasan volume air yang harus diterima oleh tanaman menjadi tidak penting. Jadi, saya pasrahkan saja nasib tanaman yang langsung terkena curah hujan.

Selang beberapa bulan kemudian, nasib tanaman yang langsung terkena curah hujan, tidaklah mengkhawatirkan. Malah, jauh lebih baik daripada yang tidak terkena hujan. Kejadian ini menimbulkan satu teori baru mengenai tindakan penyiraman di kepala saya.

Jika memang tanaman tidak dapat menerima jumlah volume air secara berlebih, maka (dalam logika saya) hutan hujan-tropis tidaklah berwarna hijau. Mungkin kuning atau coklat, dikarenakan banyak tanaman yang busuk akibat kelebihan air.

Baiklah, mungkin tidak semua tanaman, tapi hanya beberapa jenis tanaman saja di hutan hujan-tropis yang mengalami busuk akibat kelebihan air. Atau, mungkin juga karena tanaman-tanaman tersebut tumbuh tidak dalam wadah pot. Namun, tetap saja terasa janggal.

Jika memang masalahnya terletak pada pot sebagai wadah menanam, ada baiknya dicoba untuk memodifikasi pot agar dapat berfungsi layaknya hamparan tanah. Untuk pembahasan memodifikasi pot lebih jauh, anda dapat membacanya pada artikel Ventilasi dan Irigasi pada Pot.


Hubungan Penyiraman dengan Pupuk

Setelah beberapa tahun menekuni dunia tanaman, saya menemukan realita yang sebenarnya terjadi ketika paranet (dengan tingkat kerapatan 65 – 70%) dibentangkan di atas halaman rumah untuk menaungi koleksi tanaman saya. Langsung terkena curah hujan bukanlah hal yang dapat merusak tanaman. Langsung terkena cahaya matahari di antara pukul 9 s/d 15 merupakan hal yang merusak tanaman.

Seperti tujuan dibuatnya, paranet benar-benar berfungsi sebagai media untuk menaungi objek di bawahnya. Selain berfungsi melindungi dari terpaan kencangnya hembusan angin, paranet benar-benar efektif melindungi tanaman dari sengatan cahaya matahari langsung ke permukaan daun (artikel Paranet dan Conblock…). Dan ini tidak hanya berlaku efektif terhadap tanaman hias jenis anthurium saja, hampir mayoritas tanaman tumbuh dengan baik di bawah naungan paranet, termasuk anggrek.

Kelembaban merupakan keadaan yang ideal dan disukai oleh tanaman. Kondisi media tanam yang lembab cenderung basah pada area pot bagian tengah dan bawah “tidak akan” menjadikan akar tanaman menjadi busuk. Kecenderungan yang menjadi penyebab dari akar tanaman menjadi busuk, disamping serangan hama busuk akar, adalah tindakan pemberian pupuk dan pestisida secara berlebihan.

Kasus busuk akar diakibatkan kelebihan pupuk dan pestisida, tidak akan kita temukan pada tanaman yang tumbuh di hutan hujan-tropis. Alasan paling masuk akal yang dapat menjelaskan kondisi itu adalah tidak ada pihak yang dengan sengaja mensuplai pupuk dan pestisida secara rutin disana. Walau pun begitu, tanaman-tanaman tumbuh dengan subur karena semua kebutuhan nutrisi dan pestisida tersedia secara organik dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Selain itu, tidak ada pembatasan ruang terhadap pergerakan air di bawah permukaan tanah seperti halnya media tanam dalam pot.

Tidak ada pedoman untuk mengetahui tingkat kelebihan pestisida dan pupuk (khususnya) di media tanam kecuali dengan belajar mengenali gejala perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tanaman. Pestisida, baik organik maupun sintesis, adalah racun. Apapun alasannya, tidak ada pengecualian untuk itu.

Adalah wajar, bagi tanaman yang mengalami overdosis pestisida cenderung mati. Sedikit perbedaan yang terjadi bila pupuk sebagai penyebab overdosis. Meski ada kecenderungan untuk mematikan tanaman, prosesnya jauh lebih lambat dan masih memiliki kemungkinan untuk bertahan dibanding overdosis akibat pestisida.

Pupuk yang biasa kita gunakan, umumnya, berupa pupuk multi-nutrisi. Atau pupuk yang terdiri dari beberapa jenis unsur hara. Unsur hara itu sendiri, ada yang bersifat mudah larut hilang terbawa air (N, K) dan ada juga yang tidak (P). Salah satu efek dari tindak penyiraman, baik dilakukan berlebihan atau tidak, secara bertahap akan menyapu habis unsur hara yang mudah larut.

Sementara, di saat yang sama, unsur hara yang tidak mudah larut akan bertahan lebih lama atau hingga habis efek gunanya. Jika pemberian pupuk dan penyiraman dilakukan berkesinambungan, otomatis akan membuat kondisi tanaman kelebihan (overdosis) unsur hara yang tidak mudah larut.

Efek dari overdosis akan menimbulkan reaksi bervariasi pada tanaman dan keadaan ini agak sulit dikenali karena (biasanya) hama tanaman juga ikut berperan dalam memperparah kerusakan yang terjadi (artikel Nutrisi untuk Tanaman…). Hama yang biasanya beredar pada tanaman overdosis adalah nematoda dan siput kecil (artikel Memelihara Hama Tanaman???).

Berarti, ada sebuah kondisi saling keterkaitan antara :

kuantitas dan daya tahan setiap unsur hara yang mudah larut dalam air

dengan

frekuensi tindak penyiraman yang harus di aplikasikan.

Dengan kata lain, tindak penyiraman dengan pengaplikasian pupuk akan berfungsi maksimal jika kita mengetahui daya tahan setiap unsur hara yang ada dalam pupuk terhadap air.

Jadi, berapa jumlah takaran dosis ideal pupuk yang harus diaplikasikan untuk tanaman?

Berapa lama selang waktu yang dibutuhkan untuk setiap pengaplikasian pupuk?

Sayangnya, tidak ada ketentuan yang pasti untuk dapat menjawab kedua pertanyaan tersebut. Pemenuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman hanya dapat dipelajari dengan cara mengenal lebih jauh sifat dan karakter tanaman bersangkutan. Demikian juga seandainya terjadi overdosis.

Sebagai alternatif, di artikel Pupuk Organik Cair dan Tanaman… dan artikel Kacang Kedelai sebagai Pupuk…, saya mencoba mendefinisikan takaran pupuk serta jeda waktu yang diperlukan untuk pengaplikasian pupuk guna memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman dengan seimbang.

Cara alternatif tersebut dapat dijadikan sebagai acuan, namun jangan dijadikan sebagai standar dalam mengaplikasikan pupuk. Perbedaan kebiasaan merawat tanaman pada setiap pelaku tanaman, ditentukan dari faktor keadaan lingkungan dan tingkat kesibukan yang dihadapi sehari-hari. Saya menyarankan untuk tidak merubah cara dan kebiasaan yang sudah ada dengan mengadopsi cara baru dalam melakukan aktivitas perawatan tanaman. Lebih baik, cara baru disesuaikan dengan yang ada dan biasa dilakukan sebelumnya.

Selanjutnya⇒

7 tanggapan untuk “Penyiraman”

      1. Terima kasih atas apresiasinya…

        Saya hanya mencoba melengkapi celah kekurangan informasi untuk mendapatkan suasana taman yang lebih baik di rumah.

        Salam.

    1. Kondisi terakhir, sebagian besar tanaman sudah dijual. Sulit mempertahankan kondisi fisik anthurium yang relatif besar. Saat ini kondisi yang ada tinggal seadanya saja.

      Anda dapat melihat foto terakhir sepertiga bagian dari tanaman yang pernah saya pelihara di artikel Paranet dan conblock.

      Salam…

Tinggalkan komentar

Alternatif Cara Memelihara & Merawat Tanaman di Rumah