pH Meter dan Tanaman

pH meter adalah alat pengukur tingkat asam (acid) dan basa (alkalin) dari satu media, baik media berupa air atau pun tanah. Dalam aktivitas berkebun, pH meter digunakan untuk mengukur kadar asam atau basa pada media tanam / tanah. Saat ini, pH meter untuk tanah sudah banyak dijual dengan harga relatif murah. Frekuensi penggunaan pH meter itu sendiri, dapat dikatakan sangat jarang.

Saat ini, saya menggunakan pH meter hanya pada saat proses tumbuh-kembang tanaman terlihat tidak seperti biasanya, misalnya ketika beberapa daun lama menguning. Disini, pH meter berguna untuk memberikan informasi awal kondisi pH media tanam saat itu. Jika pH meter menunjukkan dalam kondisi normal (6,5 – 7), berarti, kecil kemungkinan media tanam yang menjadi tersangka sebagai penyebab tanaman menjadi sakit / tidak normal. Tersangka berikutnya dari penyebab terdekat tanaman sakit / tidak normal adalah serangan hama.

Pada wilayah beriklim tropis, jarang ditemukan pH tanah dalam kondisi alkalin (basa), kecuali di bawah permukaan tanah tersebut memang terbentuk dari batuan yang mengandung kapur. Pada tanah / media tanam ber-pH normal yang mengalami kondisi alkalin, akan berangsur hilang terbawa air bersamaan dengan tindakan penyiraman atau hujan. Itu sebabnya, kondisi iklim tropis memberi kecenderungan pH tanah bersifat normal-keasaman yang disukai oleh mayoritas tanaman.

Kebutuhan pH meter di area beriklim tropis…

Sebenarnya, merawat tanaman pada wilayah beriklim tropis tidaklah serumit di wilayah beriklim empat musim. Dengan asumsi letak tanaman di bawah naungan paranet, pada kondisi pH media tanam normal tidak diperlukan banyak tindakan untuk menjaga kesehatan tanaman. Rutinitas penggemburan media tanam setiap dua bulan sekali dan konsistensi tindakan penyiraman setiap hari (jika tidak hujan), sudah cukup membuat proses tumbuh-kembang tanaman berjalan dengan normal.

Tidak semua tanaman menyukai kondisi pH pada tingkat 6,5 – 7. Beberapa jenis tanaman, menyukai kondisi pH media tanam pada tingkat cukup ekstrim sebagai tempat tumbuhnya. Namun, mayoritas tanaman menyukai kondisi pH pada tingkat 6,5 – 7.

Sehingga, kebutuhan akan pemakaian pH meter untuk mengetahui tingkat keasaman media tanam di wilayah beriklim 2 musim relatif tidak dibutuhkan. Tetapi, jika jumlah koleksi tanaman dalam pot yang anda miliki cukup banyak, pH-meter bisa berfungsi sebagai alat bantu untuk mempermudah dalam memperoleh garis besar informasi dari kondisi “layak tanam” setiap media tanam yang sedang digunakan.

Efek proses pelapukan media tanam…

Media tanam dalam kondisi pH normal, bila terkena siraman air secara berkesinambungan (setiap hari) akan menciptakan kondisi asam di dalamnya. Kadar tingkat keasaman akan terus meningkat berbarengan dengan proses pelapukan yang terjadi pada media tanam. Proses pelapukan tersebut, bisa menghasilkan dua keadaan fisik tingkat kepadatan media tanam berbeda. Bisa menjadikannya berkurang atau bisa juga bertambah. Namun, dari kedua keadaan tersebut, terdapat satu kesamaan yaitu media tanam yang lapuk lebih sering menyumbat lubang jalur aerasi dan drainase.

Akibat penyumbatan itu menyebabkan area di dalam media tanam kekurangan oksigen, yang pada akhirnya jika dibiarkan, akan berujung pada proses fermentasi.

Salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah dengan menjaga lubang jalur aerasi dan drainase berfungsi sebagaimana mestinya. Saya menggunakan bor media tanam bersamaan dengan saat mengerjakan perawatan media tanam. Menggemburkan media tanam sekaligus membersihkan lubang jalur aerasi dan drainase dapat menjaga kondisi pH pada media tanam relatif normal.

Pada kasus proses pelapukan yang menjadikan media tanam bertambah padat, penggemburan dengan menggunakan bor media tanam akan memecah tingkat kepadatan dan membuat jalur lintasan air baru guna membuang kelebihan nutrisi yang sebelumnya “terkurung” dalam media tanam. Dengan terbuangnya kelebihan nutrisi ini, akan mengurangi kemungkinan terjadinya proses fermentasi dari endapan nutrisi. Berkurangnya proses fermentasi akan mencegah naiknya tingkat keasaman pada media tanam. Sehingga, menjaga kondisi media tanam tetap porous, secara otomatis, akan menjaga kondisi pH relatif normal.

Untuk beberapa kasus lainnya, proses pelapukan tersebut dapat membuat “rongga” (ruang) dalam media tanam. Pada kasus ini, jika dilihat sepintas, area permukaan media tanam tampak normal. Namun, jika kita mencoba menancapkan bor media tanam di atas permukaan, maka bor akan dapat dengan mudah ditenggelamkan. Walau pun kondisi media tanam terlihat ber-rongga, kepadatan terjadi secara acak / menyebar di beberapa titik. Dan, tetap saja proses pelapukan telah membuat lubang jalur aerasi dan drainase terhalang. Kita tetap harus membersihkan lubang jalur aerasi dan drainase untuk mencegah kemungkinan terjadinya proses fermentasi.

Mengukur pH tanah menggunakan pH-meter…

Apakah media tanam dalam kondisi padat atau ber-“rongga”, yang mana keduanya diakibatkan karena pelapukan, tetap akan menjadikan kondisinya memiliki kecenderungan sifat asam yang relatif tinggi. Kita dapat menggunakan pH-meter untuk mengetahui tingkat kadar keasaman tersebut.

Saya menggunakan perangkat pH-meter yang sederhana. Alat itu terdiri dari bagian potongan metal (besi) berdiameter 0,5 cm dengan panjang 40 cm dimana pada bagian atas perangkat terdapat indikator tingkat pH tanah. Di bagian ujung kawat terdapat bagian yang berfungsi “meraba” media tanam. Usahakan bagian ini dalam kondisi bersih saat sebelum pengukuran dilakukan agar nilai hasil pengukuran dapat mendekati kondisi pH media tanam yang sebenarnya.

Bagian ini harus bersentuhan dengan media tanam saat pengukuran dilakukan. Jika tidak, indikator akan menunjuk pada posisi pH-normal. Benam-kan alat ukur tersebut sebentar dalam media tanam (kira-kira 10 s/d 20 detik) untuk mendapatkan nilai hasil pengukuran yang lebih akurat.

Saya selalu melakukan pengukuran minimal hingga 4 kali untuk satu tanaman dalam pot. Pengukuran dikerjakan di empat titik berbeda dan setiap setelah pengukuran, bagian “peraba” dari pH-meter dibersihkan terlebih dulu. Dengan cara ini, terkadang, saya menemukan ada bagian area media tanam dalam pot yang memiliki tingkat keasaman berbeda (lebih tinggi dari titik-titik lainnya). Biasanya, media tanam di bagian tersebut, “lebih” digemburkan agar diperoleh ruang lebih luas untuk kebutuhan aerasi dan drainase.

Mengukur kepekatan kandungan nutrisi tertentu…

Informasi yang dihasilkan pH meter atas kondisi pH pada media tanam, dapat dijadikan satu parameter untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam media tanam. Mengacu keterangan dari AZ Master Garderner Manual: Soil pH yang menyatakan (kira-kira) seperti di bawah :

Pada tanah dengan tingkat alkalin yang tinggi, nutrisi mikro seperti unsur besi, seng, tembaga dan mangan akan diikat secara kimiawi dan menjadi sedikit tersedia untuk dapat diserap tanaman.

Pada tanah dengan tingkat keasaman tinggi, unsur kalsium, fosfor, dan magnesium akan diikat secara kimiawi dan menjadi tidak tersedia untuk diserap; pada kondisi ini unsur mangan dan aluminium dapat mencapai tingkat beracun.

Hal tersebut menunjukkan, pada tingkat alkalin tinggi, unsur mikro yang banyak tersedia dalam media tanam adalah : kalsium, fosfor dan magnesium. Sedangkan unsur mikro yang sedikit tersedia adalah : besi, seng, tembaga dan mangan.

Sebaliknya, pada tingkat keasaman tinggi, unsur mikro yang banyak tersedia dalam media tanam adalah : besi, seng, tembaga dan mangan. Sedangkan unsur mikro yang menghilang adalah : kalsium, fosfor dan magnesium, dimana unsur mangan dan aluminium dapat menjadi racun bagi tanaman.

Jika memang benar demikian, berarti pH meter dapat juga digunakan untuk mengetahui tingkat overdosis / underdosis beberapa unsur hara / pupuk pada media tanam. Walau pun pada kenyataannya terdapat kemungkinan tidak 100% akurat, setidaknya ada prakiraan langkah / tindakan untuk menangani kondisi yang sedang berlangsung.

Keakuratan pH meter…

Beberapa sumber menyatakan, bahwa untuk mengetahui kondisi pH tanah secara akurat hanya dapat dilakukan dengan cara memeriksakan contoh tanah ke laboratorium. Penggunaan alat pH meter, dinyatakan, tidak akan menampilkan hasil “cukup” akurat. Secanggih apa pun alat tersebut, tetap tidak dapat menyamai hasil laboratorium.

Jika demikian, apakah kita perlu memiliki pH meter?

Bagi saya, tidak ada salahnya memiliki pH meter “sederhana” guna sekedar mengetahui kondisi pH media tanam. Perangkat ini, walau jarang digunakan, bisa membantu memberikan informasi dengan cepat mengenai garis besar kondisi media tanam dalam satu / beberapa pot.

Terlalu mahal biaya untuk memeriksakan contoh / sample media tanam ke laboratorium hanya demi kepentingan hobi belaka. Walau pun informasi yang dihasilkan tidak seakurat laboratorium, setidaknya, alat tersebut dapat memberikan kita garis besar / gambaran kondisi media tanam dari satu / beberapa tanaman.

Semoga bermanfaat! ☺

Tinggalkan komentar

Alternatif Cara Memelihara & Merawat Tanaman di Rumah